QUANTUM TEACHING

QUANTUM TEACHING
Pendekatan  Quantum dikembangkan oleh Bobby DePorter  (1992) yang beranggapan bahwa metode mengajar ini sesuai dengan cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Bobby DePorter adalah kepala Learning Forum, sebuah perusahaan yang berbasis di Oceanside, California, Amerika Serikat yang memproduksi program-program pendidikan untuk siswa, guru, sekolah dan organisasi di seluruh Amerika Serikat, Inggris, Hong Kong, Singapura dan Malaysia juga mantan ketua International Alliance for Learning.


Dengan model SuperCamp yang dikembangkan bersama kawan-kawannya pada awal tahun 1980-an, prinsip-prinsip dan model pembelajaran Quantum menentukan bentuknya. Dalam SuperCam tersebut, kurikulum dikembangkan secara harmonis dan berisi kombinasi dari tiga unsur, yaitu : (1) keterampilan akademis (academic skills), (2) prestasi atau tantangan fisik (physical challenge), dan (3) ketrampilan dalam hidup (life skills).

1. Pengertian Pembelajaran Quantum Teaching        
          Pengertian Quantum dalam kamus bahasa Inggris diartikan sebagai jatah atau banyaknya persediaan.  Sedangkan Teaching artinya adalah mengajar.
          Quantum: interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching, dengan  demikian adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar (Bobby DePorter, 2001: 5).
          Sedangkan menurut Udin Saefudin Saud dan Ayi Suherman (2006 : 102) Quantum Teaching merupakan  bentuk inovasi penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
          Berdasarkan definisi yang dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud denga pembelajaran Quantum Teaching adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang berupaya memaksimalkan seluruh aktivitas, potensi, sarana-prasarana,  dan interaksi yang ada di dalam dan di luar momen belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna, efektif dan efisien.

2. Azas-azas  Pembelajaran Quantum Teaching
          Istilah “Quantum” dipinjam dari dunia ilmu fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran Quantum, pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Saud dan Suherman (2006 : 103) interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara efektif dan efisien. Selain itu, adanya proses pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimakan momen belajar, fokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, seluruhnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran Quantum.
          Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran Quantum dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional, dan fasilitas belajar yang    berarti    mempermudah belajar (Saud dan Suherman, 2006 : 103).
          Percepatan belajar dan fasilitas akan mendukung azas utama yang digunakan dalam pembelajaran Quantum, yaitu : “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Maksud dari azas itu menurut Bobby DePorter (2001 : 6) adalah segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching, setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode intruksional dibangun di atas prinsip Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia kita ke Dunia Mereka.
          Azas utama Quantum Teaching tersebut menurut Saud dan Suherman (2006: 103)  mengisyaratkan pentingnya seorang guru memasuki dunia atau kehidupan anak adalah :
Sebagai langkah awal dalam melaksanakan sebuah pembelajaran Memahami dunia dan kehidupan anak, merupakan lisensi bagi para guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa dalam meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu cara yang biasa digunakan dalam hal ini misalkan mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, fikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalamkehidupan baik di rumah, di sekolah maupun di linmgkungan masyarakat. Setelah kaitan terbentuk, maka guru dapat memberikan pemahaman tentang materi pelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa (Saud dan Suherman, 2006 : 103).

          Pemahaman terhadap  hakekat siswa menjadi lebih penting sebagai sarana untuk menghubungkan dan memasukan dunia kita kepada dunia mereka. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa diperlakukan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka , sehingga pembelajaran akan menjadi harmonis, aktif, kreatif dan menyenangkan seperti sebuah orkestrasi yang saling bertautan dan saling mengisi.

3. Prinsip Pembelajaran Quantum Teaching
          Selain azas utama yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran Quantum Teaching dalam tataran aplikasi dan impelementasi pembelajaran di kelas  memiliki lima prinsip  (Bobby DePorter (1992) dalam Kaifa, 2001 : 7) sebagai berikut:
1.   Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.
2.   Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada priunsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
3.   Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkatagorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
4.   Akui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran.
5.   Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan peningkatan hasil belajar berikutnya.

4. Strategi Pembelajaran Quantum Teaching
          Strategi pembelajaran yang dikembangkan Bobby DePorter (1992) dalam Quantum Teaching adalah melalui istilah  “TANDUR”, sebagai berikut.              
1.   Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa termotivasi dan berminat untuk belajar dan memahami Apa Manpaatnya Bagiku (AMBAK). Dengan demikian, apresepsi dalam kegiatan belajar mengajar merupakan gerbang utama untuk masuk dan  membawa dunia anak ke dunia kita dan mengantarkan dunia kita ke dunia anak.
2.   Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba seluruh aktivitas dan momen belajar. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa.
3.   Namai, sediakan kata kunci, konsep, model rumus, strategi dan metode lainnya. Penamaan dapat memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, megurutkan, dan mendefinisikan. Penaamaan adalah momen yang tepat untuk mengajarkan konsep dan keterampilan berpikir dan strategi belajar.
4.   Demontrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya. Memberikan siswa peluang lebih untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain, dan ke dalam kehidupan mereka.
5.   Ulangi, beri kesempatan kepada siswa untuk mengulangi apa yang telah mereka pelajari, sehingga setiap siswa merasakan langsung di mana kesulitan yang mereka alami. Pengulangan dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “ Aku tahu bahwa aku tahu ini!”. Jadi pengalaman harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan, pertunjukan drama, dan sebagainya).
6.   Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional. Jika layak untuk dipelajari, maka layak pula hasil belajar tersebut untuk dirayakan. Merayakan akan memberikan rasa puas, senang terhadap apa yang telah dilakukan, diperbuat dan dihasilkan dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan.

5. Model Pembelajaran Quantum Teaching
          Menurut Bobby DePorter (2001) model pembelajaran Quantum identik dengan sebuah simponi dan pertunjukkan musik. Maksudnya pembelajaran Quantum, memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan.
          Untuk dapat mengarah kepada yang dimaksud di atas, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan,yaitu: (1) optimalkan minat pada diri, (2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan memulai mengupayakan segalanya terlaksana, dan (3) hargailah segala tugas yang telah selesai (Howard Gardner, dalam DePorter, 2001).
          Tujuan pokok pembelajaran Quantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku (Saud dan Suherman, 2006: 105).          Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Udin Saefudin Saud dan Ayi Suherman di atas tentang tujuan pokok pembelajaran Quantum, penulis dapat mengidentifikasi 6 (enam)  tujuan pokok pembelajaran Quantum,yaitu:
1.   Meningkatkan partisipasi siswa;
2.   Meningkatkan motivasi dan minat belajar;
3.   Meningkatkan daya ingat;
4.   Meningkatkan rasa kebersamaan;
5.   Meningkatkan daya dengar; dan
6.   Meningkatkan kehalusan perilaku siswa.
Berdasarkan prinsip dan azas landasan pembelajaran Quantum, guru harus mampu mengorkestrasi kesuksesan belajar siswa. Dalam pembelajaran Quantum, guru tidak semata-mata menerjemahkan kurikulum ke dalam strategi, metode,teknik, dan langkah-langkah pembelajaran, melainkan termasuk juga mneterjemahkan kebutuhan nyata siswa. Untuk hal itu, dalam pembelajaran Quantum, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkestrasi konteks dan kontens. Konteks berkaitan denga lingkungan pembelajaran, sedangkan konten berkaitan dengan isi pembelajaran.
Dimensi konteks dalam pembelajaran Quantum dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu (1) suasana belajar yang menggairahkan, (2) landasan yang kukuh,  (3) lingkungan yang mendukung, dan  (4) rancangan belajar yangdinamis (Saud dan Suherman, 2006 : 105).
          Suasana belajar yang menggairahkan, maksudnya guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan siswa secara maksimal. Penelitian menunjukkan, bahwa suasana kelas adalah penentu psikologios utama yang mempengaruhi kegiatan belajar. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi, itulah sebabnya disarankan agar guru berupaya menciptakan suasana kelas melalui keenam aspek di atas          (Saud dan Suherman, 2006 : 106).
          Landasan yang kukuh, setelah menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk belajar, langkah selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menciptakan landasan yang kukuh. Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran Quantum dengan cara : mengkomunikasikan tujuan pembelajaran; mengkukuhkan prinsip-prinsip keunggulan; meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa; kesepakatan; kebijakan, prosedur dan peraturan; serta menjaga komunitas belajar tetap tumbuh dan berjalan (Saud dan Suherman, 2006 : 106).
          Lingkungan yang mendukung, lingkungan kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan perhatian dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, dalam pembelajaran Quantum guru memiliki kewajiban menata lingkungan yang dapat mendukung situasai belajar dengan cara: mengorganisasikan dan memanfaatkan lingkungan sekitar; menggunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan; pengaturan formasi siswa; pemutaran musik yang sesuai dengan kondisi belajar.
          Perancangan pengajaran yang dinamis, disini diperlukan kemampuan guru untuk memasuki dunia siswa baik sebelum maupun saat berlangsungnya pembelajaran dapat membawa sukses pembelajaran, karena membantu guru menyelesaikan pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bermakna dengan hasil belajar yang memuaskan.

Bahan Bacaan:
Bobbi De Porter dan Hernarchi M (2000). Quantum Learning (Terjemahan). Bandung : Kaifa
Bobbi De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouri (2000). Quantum Teaching (Terjemahan). Bandung : Kaifa
Dryden, Gordon dan Vos Jeannette (2000) Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution). Terjemahan.  Bandung : Kaifa.
Saud, Udin Saefudin dan Suherman, Ayi. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press


5 Comments

Previous Post Next Post